Ujian Menjelang Pernikahan

Saya garis bawahi terlebih dahulu ya, bahwa ujian ada bukan karena ketika menjelang pernikahan. Tetapi memang kebetulan ujian mampir disaat demikian.

Banyak yang menganggap ujian menjelang pernikahan pasti ada, padahal pada hakikatnya ujian akan selalu ada selama kita masih hidup di dunia.

Nah, sebenarnya cerita yang ingin saya share di sini adalah sebagai pengingat saya pribadi dan untuk anak-anak saya kelak. Setelah puluhan tahun kemudian, mungkin anak saya akan melihat blog ibunya, dan ia akan tahu bagaimana proses perjalanan pernikahan kedua orangtuanya.

Sebenarnya, saya tidak membenarkan adanya pernyataan ‘ujian menjelang pernikahan’. Karena kebetulan saja sedang menuju proses pernikahan, makanya disebut ‘ujian menjelang pernikahan’. Lalu ada beberapa kejadian (lebih tepatnya skenario Allah) yang menjadi bumbu di catatan kehidupan harian saya menuju hari bersejarah tersebut.

Kita tentu meyakini bahwa hari sakral -akad nikah- adalah moment istimewa yang dimana hari tersebut ingin terlihat berkesan bagi diri sendiri khususnya. Dan impian setiap insan, tentulah menginginkan hari spesial tersebut terlihat sempurna (yang sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah swt), setidaknya terlihat lebih indah dan sakral serta khidmat saat moment itu terwujud.

Lantas, bagaimana jika disaat hari spesial itu terwujud justru diwarnai kejadian yang tidak menyenangkan. Dan itu berlaku pada moment pernikahan saya, teman. Sungguh!

Beberapa hal diantaranya ialah; perlakuan WO yang saya pilih, ternyata tidak semanis ucapannya diawal perkenalan. Sejak awal saya sudah mengatakan warna baju yang ingin saya pinjam adalah biru toska (untuk mempelai laki-lakinya) dan jauh-jauh hari juga sudah saya ingatkan. Lalu dia bilang ‘iya’.

Namun setelah H-1 ia datang memberikan baju yang tidak sama dengan apa yang saya pesan. Bayangkan saja jika kalian diposisi saya, hal itu buat mood saya down donk. Lalu, kami jadi bertukar renaca, yang awalnya ingin menggunakan warna biru toska di majelis akad nikah, ternyata tak sesuai ekspektasi. Akhirnya kami putuskan menggunakan warna putih. Dan ternyata bajunya sudah sobek-sobek bagian bawahnya. K.Z.L

Kemudian lanjut dengan gaun yang saya pilih (warna silver), tiba-tiba dia bilang “baju itu sudah saya kasi ke orang lain.” Lah, bukannya saya sudah request duluan, dan dia meng-iya-kan, lantas kenapa tiba-tiba baju itu yang dikurangi.

Itu lah beberapa hal yang paling saya jengkelkan dari pelayanan WO itu. Dan sebenarnya ada lagi, tetapi terlalu panjang ceritanya.

Ah, emang benar-benar menguras emosi lah kalau diingat-ingat.

Dan parahnya setelah saya tegur di WA, dia justru mengeluarkan kata-kata yang tak mencerminkan WO propesional. Yang paling saya ingat kata-katanya ialah “eh, baju akad itu kamu pinjam ya, kalo gak cocok, ya kamu nempah (buat sendiri).” Dan sederet kata-kata yang tak seharusnya seorang WO terhadap custumernya, lalu saya pun balas donk, kata-katanya. Nggak mau kalah.

Dan dia (WO) gadungan itu berdalih “itu karena budget kamu terlalu murah.” Loh, kenapa menyalahkan budget kami, yang padahal dia sendiri sudah sepakat. Namanya juga tawar menawar, kan boleh donk, kalau dia (WO) itu merasa kemurahan, ya jangan diterima. Kenapa menerima tawaran kami, justru memberikan pelayanan yang buruk.

Bagaimana jika kalian diperlakukan seperti itu???

Bukan karena kami tak mampu dengan budget besar, kalau kami bisa menawar dengan harga miring, lantas kamu terima (disepakati) kenapa enggak??? Ya kan??? Justru WO gadungan ini sepertinya hanya ingin memikirkan isi perutnya saja, tetapi enggan memikirkan kenyamanan bagi custumer-nya.

Dan lain lagi cerita versi suami saya. Dia juga mengalami hal yang kurang menyenangkan. Kejadiannya itu ketika Pak suami ingin membuat hiasan koin untuk mas kawin.

Singkat cerita si owner menyanggupi apa yang Pak suami pesan (permintaan saya juga sebenarnya). Kemudian tiba-tiba saat Pak suami mau mengambil pesanan tersebut (H -5), mereka mengatakan bahwa design yang kami ajukan kemarin tidak bisa mereka selesaikan. Mereka bilang, ukuran yang kami pesan itu kecil, sedangkan koin yang kami miliki cukup banyak. Jadi tidak bisa sepenuhnya koin itu digunakan.

Nah, kenapa dia tidak bisa memperkirakan hal tersebut, dan kenapa tidak mengkonfirmasi kepada kami jauh-jauh hari. Bukan kah dia sudah paham dan mengerti donk dengan pekerjaannya. Secara mereka sudah banyak menerima pesanan dengan berbagai model.

Dan kesalnya ialah mereka mengatakan hal tersebut setelah utusan Pak suami datang untuk mengambil pesanan mas kawin tersebut yang hari H nya sudah dekat sekali. Bayangkan saja, H-5 mas kawin koin itu belum selesai. Dan setelah diperbaharui (dengan costum ke ukuran yang lebih besar), mereka bisa mengerjakannya (selesai) hanya dua hari.

Wow, Maksudnya apa tuh? Kami pesan jauh-jauh hari, tapi tidak diselesaikan di tanggal yang telah disepakati, dan mengatakan berbagai alasan. Lalu, setelah pesan yang ukuran lebih besar, mereka hanya menghabiskan 2 hari saja. Lucu.!

Dan begitulah sederet bumbu-bumbu kehidupan menuju hubungan halal kami. Semoga, kalian yang sedang menuju proses halal diberi kemudahan dan kelancaran serta berkah.

Aceh-Bireuen, 20 Des 2019

24 respons untuk ‘Ujian Menjelang Pernikahan

Add yours

  1. Anggap saja sebagai pemanis dalam menuju Halal mbak. Hehehe. Diriku pun seperti itu, setelah 5 tahun menikah, kurasa ujian awal pernikahan akan beda lagi dengan ujian pasca menikah. Tapi bukankah ujian merupakan satu fase menuju tingkat yang lebih tinggi lagi? Heheh. Semangat terus mbak caca. Bahagia selalu bersama keluarga.

    Disukai oleh 1 orang

  2. Semuanya akan baik jika alur komunikasi kedua belah pihak lancar.

    Pasti ada misscommunication antara pihak mempelai dan WO.

    Low budget? Menurutku nggak. Tertipu? Mungkin.

    Coba pikirkan dan ingat kembali saat membuat agreement utk resepsi, ada gak pembicaraan yang Caca lewatkan?

    Disukai oleh 1 orang

  3. rasanya memang tertipu kak. sebab, setelah share2 ke teman-teman dikampung, ada yang mengatakan WO yang itu memang tidak bagus.

    rasanya sudah tidak ingat lagi secara detail untuk agreement kemarin. Tapi ya sudah lah. ikhlaskan saja, kan kak?

    Suka

  4. Ini sangat telat sih, ucapan saya, tetapi saya mau bilang, Barakallahu fiikum, Kak Caca. Semoga ke depannya segala-galanya dipermudah oleh Allah.

    Omong-omong, salam kenal ya, Kak.

    Disukai oleh 1 orang

  5. Hai Mba Caca.. Wah saya bacanya ikutan kesal ya. Kalau sudah begini pasti akan saya sebar testimoni yang buruk tentang pelayanan si WO nya. Biar gak ada korban lagi. Hehe..

    Barakallahufiikum ya mba atas pernikahannya. 💐😊

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai